Tuesday, January 20, 2009

Indramayu Kota Kebanjiran

Pasca Banjir Sumur Tercemar Pusat Kota Dikepung Banjir Hujan deras yang turun terus menerus membuat sejumlah ruas jalan di pusat kota Indramayu ikut tergenang. Genangan setinggi 50-60 cm terjadi di sejumlah ruas jalan serta di beberapa kompleks pemukiman. KAWASAN yang tergenang banjir diantaranya di kawasan Sport Center, Jalan DI Panjaitan (depan BCA), serta di Blok Sawah Kelurahan Karangmalang. Selain itu banjir juga melanda sejumlah perumahan seperti di Perum Pabean Kencana dan Margalaksana. Banjir yang terjadi di pusat kota tidak lain akibat curah hujan yang sangat tinggi. Hal ini masih ditambah dengan mampetnya sejumlah saluran air. Dedi (37), warga perumahan Margalaksana menuturkan, banjir yang terjadi kali ini lebih disebabkan karena curah hujan yang sangat tinggi. Menurutnya, akibat curah hujan yang tinggi, sementara saluran pembuangan tidak berfungsi dengan baik maka terjadi genangan air yang cukup tinggi. “Biasanya di tempat kami tidak banjir, tapi kali ini terjadi genangan yang cukup tinggi akibat tingginya curah hujan,” ungkapnya, Senin (19/1). Hal senada juga diungkapkan Indra Prayitno (30), warga Kelurahan Karangmalang. Menurutnya, banjir yang terjadi di sejumlah jalan protokol memang selalu terjadi hampir setiap tahun. Ia menjelaskan, penyebab banjir di pusat kota adalah karena sistem drainase yang kurang baik. Sementara di sisi lain masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan, sehingga membuat saluran mampet. Indra berharap agar pemerintah memperhatikan persoalan masyarakat tersebut. Pantauan Radar, akibat banjir di sejumlah jalan protokol membuat sejumlah kendaraan khususnya sepeda motor mogok. Meskipun demikian, genangan air mulai menyusut menjelang siang ketika hujan mulai reda. Menurut Yanto (45), warga jalan Jambal Blok 4 No 166 Perumahan Pabean Kencana, banjir menggenangi 10 RT dari 3 RW. Akibatnya aktifitas warga terganggu, sehingga banyak warga yang berdiam diri di dalam rumah menunggu air surut, atau ada juga yang mengungsi ke rumah saudaranya yang tidak terkena banjir. Dikatakannya, air yang menggenangi beberapa jalan di Perumahan Pabean Kencana akibat dataran tinggi di Jalan Udang, sehingga air hujan turun ke dataran rendah. Dataran rendah tersebut ada di jalan jambal, jalan tengiri, jalan cumi dan jalan tongkol. “Biasanya air akan surut ketika ada sinar matahari, jika tidak ada maka akan lama surutnya,” terangnya. Di tempat lain, Samin (35) warga Desa Pasekan mengatakan, wilayahnya menjadi langganan banjir ketika musim hujan tiba. Akibatnya banyak area pertanian dan tambak yang rusak. Tidak hanya itu saja, ruas jalan juga ikut tergerus akibat genangan air banjir. “Saya berharap hal ini dapat segera ditanggulangi sehingga ketika musim hujan tiba kami tidak terus-terusan terkena banjir. Jika sudah begini, maka masyarakat yang sengsara,” keluhnya. Sementara itu di Kecamatan Patrol, setelah genangan air mulai surut, kini penduduk di lima kecamatan yang terendam banjir, mengalami masalah tersedianya air bersih. Pasalnya air sumur yang sebelumnya jernih menjadi keruh berwarna coklat kehitam-hitaman. Padahal sumur tersebut digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti mandi hingga mencuci. Diduga, tercemarnya sumur milik warga tersebut, dikarenakan tercampur lumpur dan sampah saat banjir melanda, seiring intensnya curah hujan di lima wilayah tersebut. Yaitu di Kecamatan Sukra, Patrol, Bongas, Gabus Wetan dan Anjatan. Air lumpur yang masuk ke dalam sumur, rata-rata hampir mencapai bagian permukaan. Akibatnya, warga yang selalu menggunakan air tersebut untuk mandi, terpaksa mengurungkan niatnya. Sebab, jika dipakai, warga khawatir akan terserang penyakit terutama gatal-gatal. Air sumur tersebut juga menyebabkan diare jika warga nekat menggunakan untuk keperluan memasak. “Sudah hampir seminggu lebih. Sekarang malah air sumur sudah berbau tak sedap,” ungkap Taufik (34) warga Desa Bugel Kecamatan Patrol, kepada Radar, Senin (19/1). Apalagi, di desanya itu dilintasi Kali Bugel yang kerap meluap sehingga menyebabkan banjir sampai kepemukiman penduduk. “Bayangkan saja kalau banjir segala macam kotoran, meresap dan menjadi satu dengan air di sumur-sumur warga,” katanya. Agar tidak terkena penyakit, pada akhirnya warga terpaksa membeli air bersih dari pedagang keliling. Hanya saja, biaya yang harus dikeluarkan cukup besar lantaran kebutuhan air bersih juga sangat banyak. Sumur warga di Desa Anjatan Utara Kecamatan Anjatan juga mengalami kondisi serupa. Meski rendaman air tidak terlalu parah, namun sumur mereka ikut tercemar. “Warga sudah tidak berani pakai air sumur. Takut kena penyakit,” ujar Totong (32) warga Blok Babakan RT 04 RW 02. Beruntung, di rumahnya sudah terpasang jaringan air PDAM Unit Anjatan. Sehingga ketersediaan air tidak menjadi persoalan. Air sumur miliknya hanya digunakan untuk mencuci sepeda motor. “Tapi tagihannya jadi membengkak,” keluhnya. (oet/dun/kho/alw)

Artikel Terkait:
English Indonesia English English Arabic Arabic
" Maju Tak gentar Membela Yang Benar "